Majalah dinding
Majalah dinding adalah salah satu jenis media komunikasi massa
tulis yang paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip
dasar majalah terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya
biasanya dipampang pada dinding atau yang sejenisnya. Prinsip majalah
tercermin lewat penyajiannya, baik yang berwujud tulisan, gambar, atau
kombinasi dari keduanya. Dengan prinsip dasar bentuk kolom-kolom,
bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan, vinyet, teka-teki silang,
karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara variatif.
Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan perwajahan
mading tampak menarik. Bentuk fisik mading biasanya berwujud lembaran
tripleks, karton, atau bahan lain dengan ukuran yang beraneka ragam.
Ukuran yang tergolong relatif besar adalah 120 cm x 240 cm, sedang yang
lebih kecil lagi disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Peranan majalah dinding yang tampak pokok sebagai salah satu fasilitas
kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki sejumlah
fungsi, yaitu :informatif, komunikatif, rekreatif, dan kreatif.
Fungsi
Media komunikasi
Mading adalah media komunikasi termurah untuk menciptakan komunikasi
antarpihak dalam lingkup tertentu. Mading yang dipasang di balai RW,
halaman kantor desa, gereja, masjid, sekolah,
atau di fakultas tertentu membuktikan bahwa pemasangan dengan cara itu
membuat komunikasi dapat dijalin dengan praktis. Dikatakan paling
praktis mengingat bahan dan volume tulisan dapat diatur secara elastis,
disesuaikan dengan tema dan keperluan yang aktual. Bila sebuah desa
sedang menghadapi lomba desa, sangat mungkin mading yang ada di kantor
desa dan balai RW akan berbicara tentang topik lomba desa. Demikian juga kalau hari Natal tiba, semua aktivitas yang menyangkut gerejani akan diuraikan lebih banyak. Begitu pula bila umat Islam tengah berlebaran.
Permasalahan yang menyangkut Lebaran akan lebih mendapat prioritas
dalam pemuatannya. Sama halnya bila hari Kebangkitan Nasional sudah
dekat, pasti mading dari SD sampai Perguruan Tinggi berbicara tentang Budi Oetomo, Ki Hajar Dewantoro, tokoh-tokoh pendidikan, dan bermacam tema yang tercakup dalam dunia pendidikan.
Dengan adanya mading, bermacam informasi dapat disampaikan secara
mudah ke seluruh wilayah sesuai dengan lingkup yang direncanakan. Dengan
membaca mading, banyak hal yang semula tidak diketahui akhirnya menjadi
perbendaharaan pengetahuan, baik yang bersifat praktis maupun yang
perlu perenungan.
Wadah kreativitas
Pada umumnya kegiatan anak muda tidak pernah sepi dari kreativitas, misalnya olahraga,
olah seni, keterampilan, permainan, dan tidak ketinggalan pula
aktivitas ekspresi tulis. Lewat karya tulis akan tersalurkan dua macam
manfaat yang bersifat timbal balik. Dari sisi penulis, majalah dinding
adalah tempat untuk mencurahkan bermacam ide. Beragam gagasan, pikiran,
daya cipta, bahkan fantasi yang mengiringi perkembangan jiwanya perlu
penyaluran dan media untuk menuangkannya. Maka tepatlah apabila mading
digunakan sebagai wadah curahan kreativitas kawula muda karena didukung
oleh sifatnya yang mudah dilaksanakan dengan biaya yang murah.
Dari sisi lain, pembaca akan mendapatkan penyaluran yang berkaitan
dengan keinginan, cita-cita, kecintaan, kerinduan, keprihatinan, dan
berbagai pikiran lain yang tidak dapat disalurkannya sendiri. Dengan
membaca tulisan-tulisan teman atau orang lain, terlepaslah ia dari
berbagai gejolak yang ada dalam dirinya. Mading dapat menjadi tuangan
aspirasi diri bagi pembaca yang telah dituliskan orang lain, dan menjadi
sarana bersama penulisnya untuk berpendapat tentang sesuatu,
berkeinginan, berkomentar, berolok-olok, mengkritik, serta masih banyak
lagi yang lain.
Sebagai anak muda yang peka terhadap sekelilingnya, dengan melihat
fakta bahwa dalam hidup ini selalu saja timbul persoalan, maka mading
akan menjadi dorongan untuk melahirkan tulisan guna melepaskan atau
menumpahkan segala macam gagasan dan pikirannya.
Contoh mading dengan penuh kreatifitas.
Menumbuhkan kebiasaan membaca
Dunia
akan menjadi luas bila kita senang membaca. Untuk itu, kegemaran
membaca harus ditanamkan. Dalam hal ini mading punya andil yang besar.
Mading dapat tampil setiap saat tanpa dihadang oleh sejumlah kesulitan.
Mading dapat diterbitkan oleh siapa saja dalam jangka waktu yang relatif bebas tergantung animo pembaca. Kalau pembacanya menghendaki, mading dapat ditampilkan setiap hari
dengan materi tulisan yang bersifat aktual sesuai lingkungan. Apabila
minat baca dan atensi menulis masyarakat sedang-sedang saja, mading
dapat diganti tiap bulan atau tiap-tiap minggu.
Pengisi waktu
Banyak kawula muda tidak dapat mengisi waktu luangnya dengan baik. Kelebihan energinya dibuang percuma. Entah bercakap-cakap di tepi-tepi jalan, merokok,
minum, membentuk "geng", mencoret-coretkan identitas "kelompoknya"
dengan cat semprot (baca:pilok) di sembarang tempat, dan masih banyak
lagi yang lain. Semua itu sebenarnya dapat ditangguhkan dengan membaca
mading, kemudian aktif menulis. Apabila kelebihan tenaga yang diboroskan
itu digunakan untuk menulis dalam lembaran mading, tentu akan banyak
bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan jiwanya. Di samping itu, tentu juga bermanfaat bagi pihak lain.
Kecerdasan berpikir
Membaca mading akan membangkitkan gairah untuk mencari bacaan lain
lewat "umpan" yang disajikan dalam mading. Sangat mungkin sajian-sajian
mading itu belum sepenuhnya memenuhi selera pembacanya. Hal ini akan
menjadikan mading berperan sebagai perangsang bagi pembacanya untuk
mencari bahan bacaan lain yang lebih lengkap.
Kebiasaan membaca akan menambah pengetahuan pembaca dalam berbagai
bidang. Semakin banyak membaca, pengetahuan siapa pun akan bertambah.
Secara tidak langsung hal itu akan menjadi pendorong bertambahnya
kecerdasan. Dengan demikian, jelaslah bahwa mading menjadi "terminal
awal" yang dapat menjembatani lahirnya pengetahuan, ketangkasan
berpikir, dan terbentuknya kecerdasan.
Berorganisasi
Menghadirkan selembar mading berarti mengorganisasikan sekelompok
orang. Mading menuntun semua yang terlibat di dalamnya untuk
berorganisasi. Mading adalah perwujudan kerja tim atau kerja kelompok
yang perlu saling mematuhi kesepakatan, aturan yang telah ditetapkan,
kedisiplinan diri, dan kesungguhan bekerja. Dengan menyiapkan mading,
secara otomatis siapa saja akan menghayati arti organisasi dan langsung
terkait dengan aktivitas di dalamnya.
Mading akan membiasakan para penyelenggaranya menyiapkan
perencanaan-perencanaan yang matang dalam tubuh organisasi sekelompok
orang yang menjalin kerjasama antarbagian. Lewat kondisi yang demikian,
maka secara langsung atau tidak mading menempatkan kekompakan kerja
sebagai modal dasar setiap tumbuhnya organisasi.
Banyak penulis yang menggunakan media mading sebagai wahana berlatih.
Berawal dari senang menulis hal-hal yang sederhana, tidak mustahil
seseorang menjadi terbuka wawasannya untuk lebih mengembangkan
kesenangannya dalam bidang kepenulisan secara lebih profesional.